29 Januari 2009

Sebenarnya Siapa BODOH teh?

BODOH ialah mahluk milik Allah yang menyertai mahluk lainnya yang juga milik Allah seperti menyertai manusia, tapi bukan hanya BODOH yang menyertai Manusia, mahluk milik Allah yang juga menyertai manusia yaitu PINTAR, SEDIH, GEMBIRA, KEINGINAN, HARAPAN, KESAL, RAJIN, GIAT, LUPA dll.(boleh ditambahkan jika berkenan).
Jika BODOH berkata, "Saya ini BODOH", kalimat tersebut sangat PAS, karena yang mengatakan kalimat tersebut ialah BODOH itu sendiri.
Jika Manusia berkata, "Saya ini BODOH", Kalimat tersebut Kurang PAS. Yang PAS menurut pengetahuan yang saya pelajari ialah "Abdi mah diterapan BODO"/"Saya mah disertai BODOH"
Maksudnya teh supaya kita lebih mengenal Anggota Negara badan yang kita tempati.
Jangan sampai kita ini Merasa Kalau : BODOH, PINTAR, SEDIH, GEMBIRA, BAGEUR, BENER, KASEP, GEULIS, CANTIK, GANTENG, KESAL, RAJIN, GIAT, LUPA dll itu adalah SAYA/Abdi
Tetapi: BODOH, PINTAR, SEDIH, GEMBIRA, BAGEUR, BENER, KASEP, GEULIS, CANTIK, GANTENG, KESAL, RAJIN, GIAT, LUPA dll itu menyertai Saya.
Itulah sebabnya pada postingan sebelumnya dibahas tentang Negara Badan.
Masih dari pengetahuan yang saya pelajari dikatakan:BODOH Selamanya BODOH, dari masa nabi adam hingga kini, BODOH tetaplah BODOH, BODOH tidak pernah PINTAR, dan PINTAR tidak pernah BODOH.
PINTAR Selamanya PINTAR, dari masa nabi adam hingga kini, PINTAR tetaplah PINTAR, PINTAR tidak pernah BODOH, dan BODOH tidak pernah PINTAR.
Tapi......Seseorang, Ia disertai PINTAR dan BODOH, kadang-kadang PINTAR kadang-kadang BODOH. Sebentar PINTAR sebentar BODOH. Disebut PINTAR dan BODOH hanya pada Waktunya Terjadi.
Contoh Saya Sendiri: Saya bisa dikatakan sedang PINTAR, jika berbicara tentang mengendarai sepeda motor(maksudnya Bisa mengendarai motor), tapi saya Bisa Dikatakan sedang BODOH, jika disuruh mengendarai Mobil.
Contoh lain: Albert Einstein Katanya seorang yang disertai dengan kejeniusan kata lainnya PINTAR. Tapi mungkin Ia akan disebut sedang mengalami keBODOHan, Jika ia disuruh Berbahasa INDONESIA.
BODOH mengandung makna "Tidak Tahu".
Masih dari pengetahuan yang saya dapat dan saya pelajari, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW, menggunakan PINTAR dan BODOH yang menyertainya untuk melakukan Amal kebaikan.Bagaimana Menggunakan PINTAR yang menyertainya? Dengan Melaksanakan Apa-apa perintah yang dianjurkan seperti salah satunya memberi sodakoh, atau Zakat, membantu yang kurang dimampukan dari segi materi, Nabi Muhammad SAW akan menggunakan PINTAR milik Allah, yang menyertainya, untuk dapat sungguh-sungguh dalam menjalankannya.
Tapi....Beliau akan menggunakan BODOH, dalam melaksanakan Hal-hal yang dicegah untuk dilakukan. dengan kata lain beliau Tidak melaksanakan hal-hal yang dilarang berdasarkan Hukum yang tentu(ALQur'an).

Mohon Maaf Jika Tidak Berkenan.

Waktu itu di forum ada seseorang menuliskan sebuah postingan yang bertanya perihal postingan yang saya post waktu itu. berikut kutipannya

maaf, bukan mengkritik..hanya berusaha memetik hikmah mutiara yg terkandung dari pernyataan akang...
agar org awam bodoh seperti saya dapat mengerti tingkat ketinggian pemahaman ini
mohon penjabarannya ..


waktu itu dibalas begini:

kutipan diatas sengaja di bold, maksudnya mau bertanya tapi jangan tersinggung ya, Anda ini bodoh atau manusia atau apa ???

Dari pengetahuan yang saya dapat dan saya pelajari, Baldatun Toyibatun Warobbun Ghofur.
Baldatun = Negara Badan
Toyibatun = Baik/Bagus
Warobbun Ghofur= dengan Pengampunan Tuhan(sunda:Pangeran).

Jelasnya: Jika Negara Badan banyak melakukan Kebaikan akan dekat dengan pengampunan Allah (ini juga bisa mengandung makna Sebaliknya, Negara Badan Yang banyak Melakukan Kesesatan akan jauh dengan pengampunan Allah)

Kaitannya dengan kutipan di atas, Atas nama Negara terdiri dari beberapa komponen yang membentuknya, begitu juga negara badan, terdiri dari mata dengan penglihatannya, hidung dengan penciumannya, lidah dengan pengecapnya, kulit dengan perabanya, tangan dengan genggamannya, kaki dengan langkahnya, otak dengan pikirannya, dan berbagai macam organ tubuh dengan berbagai fungsinya, begitu pula keinginan, harapan, pintar, bodoh, takut, sedih, gembira, senang dan masih banyak lagi penghuni negara badan, dan jangan sampai terlewat, "saya"/"abdi" pun merupakan salah satu komponen negara, bahkan "saya"/"abdi" lebih berperan dan bertanggung jawab atas apa-apa yang terjadi di negara badan tersebut.

Jadi jika mengatakan Saya bodoh, mungkin jika "bodoh" yang berkata sangatlah pas, tapi jika saya yang berkata, patut dipertanyakan saya ini apa? bodoh atau apa ya???

Kemudian postingan dari saya dibalas lagi, namun ada yang mengganjal, sepertinya orang tersebut tidak terima dengan pertanyaan yang diwarnai merah di atas dan balik bertanya tentang kesopanan yang saya lakukan ketika bertanya mengenai pertanyaan tersebut. Dan ia memutuskan untuk tidak bertanya lagi ataupun berkomentar di thread tersebut dan jadi penonton saja.

Pertanyaan yang diwarnai merah di atas, dimaksudkan untuk membuka cara pikir/cara pandang terhadap diri, dan diawali dengan tulisan "Jangan Tersinggung ya" dimaksudkan agar pertanyaan tersebut tidak dimasukan kedalam hati, tidak dimaksudkan untuk menyudutkan atau merendahkan seseorang, apalagi merendahkan diri*sendiri dengan kalimat org awam bodoh seperti saya. Semua Mahluk kedudukannya sama jika dihadapkan pada aturan hukum yang tentu(red:Al Qur'an), tidak ada yang rendah ataupun tinggi, yang membedakannya hanya Amal perbuatan yang dilakukannya. Merendahkan Diri*sendiri, bisa dikatakan Tidak mensyukuri apa-apa yang telah dikaruniakan kepada diri. Merendah boleh-boleh saja, tetapi sebaiknya merendah tidak pada tingkatan Kufur Nikmat. Dalam Berbahasa kenali dulu arti dan makna kata dan kalimat, karena jika mengenal hanya sebagian kecil isi Alinea yang dibentuk oleh beberapa kalimat, pemahaman dan pengetahuan akan kalimat tersebut, bisa-bisa terasa menyinggung yang bisa-bisa juga menutup diri untuk mengenal lebih dalam maksud dan tujuan yang sebenarnya.

Berikut balasan yang saya post di thread tersebut untuk meminta maaf jika pertanyaan "tersebut" menimbulkan perbedaan persepsi.

nb: tadinya saya mau memberikan kunci, tapi karena kuncinya seperti pemukul bedug, kayaknya saya dianggap mau memukul. Eh jadi lari tuh orang..... Duh..... Maaf ya jika tidak berkenan..... Jangan Lari dong..... Sori kuncinya kegedean.

28 Januari 2009

Bodoh Karena Apa?

Ada yang bertanya begini:
"kebodohan manusia apakah karena kesalahan Allah SWT ?"
Bingung Juga jawabnya.
Malah muncul pertanyaan dalam diri "Bagaimana Jika begini?"

"keBODOHan manusia karena BODOH milik Allah SWT"
"kePINTARan manusia karena PINTAR milik Allah SWT"
"keLUPAan manusia karena LUPA milik Allah SWT"
"keRAJINan manusia karena RAJIN milik Allah SWT"
"keCANTIKn manusia karena CANTIK milik Allah SWT"
"keTELEDORan manusia karena TELEDOR milik Allah SWT"
"keSALAHANan manusia karena SALAH milik Allah SWT"
"keBAIKan manusia karena BAIK milik Allah SWT"
DLL..

mmmmmm...????

Pintar dan Bodoh

BODOH ialah mahluk milik Allah yang menyertai mahluk lainnya yang juga milik Allah seperti menyertai manusia, tapi bukan hanya BODOH yang menyertai Manusia, mahluk milik Allah yang juga menyertai manusia yaitu PINTAR, SEDIH, GEMBIRA, KEINGINAN, HARAPAN, KESAL, RAJIN, GIAT, LUPA dll.(boleh ditambahkan jika berkenan).

Jika BODOH berkata, "Saya ini BODOH", kalimat tersebut sangat PAS, karena yang mengatakan kalimat tersebut ialah BODOH itu sendiri.

Jika Manusia berkata, "Saya ini BODOH", Kalimat tersebut Kurang PAS. Yang PAS menurut pengetahuan yang saya pelajari ialah "Abdi mah diterapan BODO"/"Saya mah disertai BODOH", maksudnya Ialah supaya kita lebih mengenal Anggota Negara badan yang kita tempati.

Jangan sampai kita ini Merasa Kalau : BODOH, PINTAR, SEDIH, GEMBIRA, BAGEUR, BENER, KASEP, GEULIS, CANTIK, GANTENG, KESAL, RAJIN, GIAT, LUPA dll itu adalah SAYA/Abdi

Tetapi: BODOH, PINTAR, SEDIH, GEMBIRA, BAGEUR, BENER, KASEP, GEULIS, CANTIK, GANTENG, KESAL, RAJIN, GIAT, LUPA dll itu menyertai Saya.

Masih dari pengetahuan yang saya pelajari dikatakan:
BODOH Selamanya BODOH, dari masa nabi adam hingga kini, BODOH tetaplah BODOH, BODOH tidak pernah PINTAR, dan PINTAR tidak pernah BODOH.

PINTAR Selamanya PINTAR, dari masa nabi adam hingga kini, PINTAR tetaplah PINTAR, PINTAR tidak pernah BODOH, dan BODOH tidak pernah PINTAR.

Tapi......
Seseorang, Ia disertai PINTAR dan BODOH, kadang-kadang PINTAR kadang-kadang BODOH. Sebentar PINTAR sebentar BODOH. Disebut PINTAR dan BODOH hanya pada Waktunya Terjadi.

Contoh Saya Sendiri: Saya bisa dikatakan sedang PINTAR, jika berbicara tentang mengendarai sepeda motor(maksudnya Bisa mengendarai motor), tapi saya Bisa Dikatakan sedang BODOH, jika disuruh mengendarai Mobil.

Contoh lain: Albert Einstein Katanya seorang yang disertai dengan kejeniusan kata lainnya PINTAR. Tapi mungkin Ia akan disebut sedang mengalami keBODOHan, Jika ia disuruh Berbahasa INDONESIA.

BODOH mengandung makna "Tidak Tahu".

Masih dari pengetahuan yang saya dapat dan saya pelajari, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW, menggunakan PINTAR dan BODOH yang menyertainya untuk melakukan Amal kebaikan.
Bagaimana Menggunakan PINTAR yang menyertainya? Dengan Melaksanakan Apa-apa perintah yang dianjurkan seperti salah satunya memberi sodakoh, atau Zakat, membantu yang kurang dimampukan dari segi materi, Nabi Muhammad SAW akan menggunakan PINTAR milik Allah, yang menyertainya, untuk dapat sungguh-sungguh dalam menjalankannya.

Tapi....
Beliau akan menggunakan BODOH, dalam melaksanakan Hal-hal yang dicegah untuk dilakukan. dengan kata lain beliau Tidak melaksanakan hal-hal yang dilarang berdasarkan Hukum yang tentu(ALQur'an).

25 Januari 2009

Selamat Datang

Selamat Datang

24 Januari 2009

Bismillah dengan Ikhlas

Ada sepenggal cerita ketika saya masih duduk di bangku sma.

Saya bertanya kepada sepupu*saya, apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan angan-angan, keinginan, harapan dan sebangsanya ketika kita mengucapkan kalimah al-basmalah?
dijawab begini: "mengucapkan kalimah milik Allah yang mana saja kita harus rido ikhlas tanpa pandangan(red:pamrih) apapun hanya menurut perintah Allah saja, namun bila muncul atau tiba/datang angan-angan, keinginan, harapan dan sebangsanya ketika kita mengucapkan kalimah-kalimah milik Allah, itu mah urusan lain lagi, biarkan saja, karena angan-angan, keinginan, harapan dan sebangsanya itu mahluk milik Allah juga."

Contoh: ketika kita akan berpergian, perintah Allah memerintahkan "dalam memulai sesuatu harus dimulai dengan membaca kalimah al-basmallah", namun kadang-kadang muncul angan-angan, keinginan, harapan dan sebangsanya seperti "ah saya baca bismillah dulu supaya selamet di jalan".

kalimat "supaya selamet di jalan" merupakan angan-angan, keinginan, harapan dan sebangsanya, itu mah diluar konteks perintah Allah, lebih baik tidak terlalu dihiraukan karena bisa-bisa Niat yang kita jalankan bukan lagi "Karena menurut pada perintah Allah", tapi "supaya selamat di jalan", kan jadi jauh tuh.

Tapi... ini ada tapinya... Kalau pun ketika dijalan kita diselamatkan, kita akan lebih bersyukur.
kebaikan-demi kebaikan kita tempuh, dari mulai niat membaca albasmallah, yang karena perintah Allah yg memerintahkan dan bersyukur atas nikmat selamat yang kita nikmati setelahnya.

Berbeda dengan yang niatnya "Supaya selamat di jalan", ketika diperjalanan ia celaka, yang akhirnya menyalahkan "Kalimah ini gak ampuh, saya baca tapi tetep saja saya celaka".
Kejelekan-demi kejelekan terjadi, nambah nambah dosa wae..


21 Januari 2009

Tauhid dengan Bismillah

Berikut Kutipan yang dikutip dari buku yang ditulis oleh Mama H. Amilin. yang disampulnya berjudul "Kitab Tauhid". Buku Aslinya berupa tulisan tangan dengan huruf arab dan basa sunda. berikut transliterasinya kedalam tulisan latin:
ALHAMDULILLAAHI ROBBIL ‘ALAMIN, ASHOLAATU WASSALAMU ‘ALA ASYROFIL AN BIYAA I WAL MURSALIN, SYAYYIDINA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHI WASHOHBIHI AJMA’IIN, AMMA BA’DU

Tangtos pisan sadayana nu nganut kana agama Islam mah moal aya anu hanteu terang kana kalimah Al Basmallah malihan anu hanteu nganut kana agama Islam ogé, seueur anu terangeun.
(Sangatlah Tentu, semua yang menganut agama Islam tidak ada yang tidak tahu terhadap kalimah Al Basmallah, malahan yang tidak menganut agama islam juga banyak yang mengetahui)

Ari margina kalimah Al Basmallah téh upami bangawan mah, lir ibarat sirahna atawa hulu wowotanana, ngan ari kalimah Al Basmallah mah sirahna kalimah Surat-Surat Al Qur'an. Barang ari Al Qur'an éta poko undang-undang dasar agama Islam, atuh kalimah Al Basmallah téh hulu wowotan agama Islam.
(alasannya kalimah Al Basmallah itu jika diibaratkan Sungai, ibarat Kepala atau Hulu/Sumber sungainya, hanya saja Kalimah Al Basmallah adalah Kepala Kalimah Surat-surat AlQur'an. Dan Al Qur'an itu adalah Pokok Undang-undang Dasar Agama Islam, Jadi Kalimah Al Basmallah itu ialah Sumber Agama Islam)

Lamun anu diajar agama Islam tina kalimah Al Basmallah heula, éta lir ibarat anu mapay bangawan ti girang ka hilirkeun, tangtu moal sasab, moal nyalahan kanu walungan kanu ngamuara, kana éta bangawan.
(Jika Belajar Agama Islam dari Kalimah Al Basmallah terlebih dahulu, itu seperti yang menyusuri Sungai dari Hulu ke Hilir, tentu tidak akan tersesat, tidak akan salah arah ke Sungai yang bermuara ke Sungai itu)

Tapi sabalikna anu mapay bangawan ti hilir kagirangkeun tangtu aya sasabna nyaéta dimana manggih muara, lamun hanteu aya nu nuduhkeun atawa aya nu nuduhkeun ogé dumadak hanteu percaya kanu nuduhkeun, lantaran walungan anu ngamuara téh sarua gedéna jeung bangawan anu dipapay téa atawa leuwih gedé. Atuh jadi kana sasabna baé.
(tapi Sebaliknya, yang menyusuri sungai dari hilir ke hulu, tentu akan tersesat seperti ketika menemukan muara, Jika tidak ada yang menunjukkan atau pun ada yang menunjukkan juga mendadak tidak akan percaya kepada yang menunjukkan jalan, sebab sungai yang bermuara tersebut sama lebarnya dengan Sungai yang disusuri sebelumnya malahan lebih lebar, tentulah Jadi tersesat)

Nya kitu nu diajar agama Islam, nyukcrukna tina hulu wowotanana heula, nyaéta tina kalimah Al Basmallah tangtu moal sasab margi ti girang ka hilirkeun, jadi dina nganyahokeun Tauhid ka Allah Ta'alla téh moal musrik, nyaéta nyasamakeun atawa nyarupakeun Allah Ta'alla jeung mahlukna, saperti itikadna jeung pangucapna nu hanteu nganut agama Islam.
(Begitu Juga yang belajar agama islam, menyusurinya dari hulu/sumbernya dahulu, yaitu dari kalimah Al Basmallah, tentu tidak akan tersesat sebab dari Hulu ke hilir, jadi dalam mengetahui Tauhid Kepada Allah Ta'alla itu tidak akan Musrik, yaitu menyamakan atau menyerupakan Allah Ta'allah dengan mahluk-Nya, Seperti Itikadnya dan Ucapannya yang tidak menganut agama islam)

Dari tulisan kutipan di atas ditegaskan bahwa untuk belajar agama islam, agar dimulai dengan mempelajari Kalimah Al-Basmalah karena merupakan sumber dari agama islam.
Bismillahirohmannirohiim = Dengan menyebut Nama Allah, Arrohman dan Arrohim.

Jelasnya Yaa Allahu, Yaa Arrohmanu, Yaa Arrohimu ialah Nama-nama Allah.
Arrohmanu ialah Salah satu Nama Allah, Yang perkaranya Yaitu Nikmat Panjang dari Dunia Sampai Akhirat.
Arrohiimu ialah Salah satu Nama Allah, Yang perkaranya Yaitu Nikmat Pendek hanya di Dunia saja.

Tinggal Kita, bagaimana mensikapi atau berprilaku, apakah akan berbuat yang melanggar undang-undang yang akibatnya bisa panjang juga sampai ke akhirat.

Atau sebaliknya, Berbuat kebaikan yang akibatnya juga sampai ke akhirat.

nb:
Dari pengalaman yang saya alami, setiap saya berkumpul dengan baraya di Bandung, jika membahas suatu topik, pembahasan tidak pernah lepas dari Bismillah, malahan hampir setiap pertemuan, setiap pembahasan, kembali dan kembali lagi pada bismillah, memang apa yang tertulis dalam kitab itu terbukti pada saya.

20 Januari 2009

Amilin dan Abdul Jabbar

Mun ngadangu carios ti pun bapa, nu kantos tepang sareng mama sepuh waktos aya keneh dikieuna. harita pun bapa nuju alit keneh kirang langkung yuswa 11-12 taun, anjeuna ningali yen tamu nu sumping ka teun mama sepuh di lengkong sok seueur, mun saur kapi lanceuk mah, aya nu butuh ku bubutuh, aya oge nu butuh ku pangaweruh. Di caket tempat mama linggih, aya hiji wadah sebut wae baskom, eta baskom ku mama dieusian amplop anu katampi ku mama ti para tamu nu marasihan, eta amplop teh ku mama tara di anggo kanggo ngagindingan anjeuna komo deui kulawargana. estu eta eusi baskom atawa amplop teh ku mama di pasihkeun deui ka tamu nu memang peryogieun nu katawis dina obrolan anu memang tos bagianana, eta margina mama kagelaran "amilin" sanes ka gelaran "ambilin". Gelar Amilin eta sanes gelar Jore-jore. Estu gelar ti kersana Nu Kagungan Gelar, eta mama ka gelaran ku lantaran ngalakonan sakumaha gawena eta Gelar. Matakna Mama kasohorna Mama Amilin, nu osok masihkeun sodakoh ti saha bae ka saha-saha nu tos bagianana.

Kapetik pelajaran dina eta carios, yen urang cobi pisahkeun antawis Mama, gelar Amilin sareng Gelar Abdul Jabbar, eta masing-masing terpisah. Eta ku dua gelar mama kagelaran, sesuai sareng naon-naon anu dilakukeunana. Tah dumugi urang anu simpati ka Mama, tiasa ngalakonan sakumaha lalakon anu kaalaman ku sareat mama .


(Indone-maneh)
Jika mendengar cerita Ayah, yang pernah bertemu dengan mama sepuh semasa dia masih ada. Waktu itu ayah masih kecil kurang lebih berumur 11-12 tahun, dia melihat bahwa tamu yang datang ke mama sepuh di lengkong sangat banyak, kalau kata sepupu mah ata yang butuh sama kebutuhan sehari-hari, ada juga yang butuh dengan pengetahuan. di dekat tempat mama duduk, ada sebuah wadah sebut saja baskom, baskom tersebut oleh mama diisi amplop yang mama terima dari para tamu yang memberikan kepadanya, amplop tersebut oleh mama tidak pernah dipergunakan untuk kesenangan pribadinya apalagi keluarganya. Tetapi isi baskom tersebut atau amplop itu oleh mama di berikan kepada tamu yang memang membutuhkannya yang terlihat dalam pembicaraan sebelumnya dan memang sudah bagiannya, itu sebabnya mama kagelaran "Amilin" bukan kagelaran "Ambilin". Gelar amilin tersebut bukan gelar sembarang gelar, tapi gelar dari kehendak Yang Maha Memiliki Gelar, Mama Kagelaran oleh karena melakukan sesuai pekerjaan gelar tersebut. Oleh sebab itu mama terkenal dengan sebutan Mama Amilin, yang suka memberikan sodakoh dari siapa saja kepada siapasaja yang memang bagiannya.

Terpetik sebuah pelajaran dari cerita tersebut, bahwa kita mencoba memisahkan antara Mama, Gelar Amilin dan Gelar Abdul Jabbar, masing-masih terpisah. Oleh Dua Gelar Tersebut mama Kagelaran, sesuai apa-apa yang dilakukannya. Semoga bagi kita yang simpati kepada MAma, bisa melakukan seperti yang teralami oleh Sareat Mama.

(NB: Kata Saudara mah nama Aslinya teh Mama Iming)

Politikus Ulung

Aya hiji carita ngenaan Mama H. Amilin nu kagelaran Abdul Jabbar, anu ku sim kuring kadangu diriwayatkeun ku kapilanceuk sababiah sim kuring.

Kieu caritana:
Hiji waktos dihiji tempat aya hiji awewe anu pagaweana kurang hade, sebut wae ku jaman kiwari mah PSK, manehna geus sababaraha peuting teu "beubeunangan", manehna menang info "cenah mun hayang payu deui mah datang wae ka teun Mama Amilin", nya, eta awewe teh ngagugu kana omongan eta teh. manehna ngajugjug ka padumukan mama Amilin di daerah lengkong bandung, pas panggih manehna nyaritakeun naon-naon anu tumiba ka manehna, yen manehna ampir sabaraha peuting "Dagang"na tiiseun. Mama ngan ukur ngadangukeun. beres eta awewe nyarita, mama ngasongkeun tulisan kalimah "Bismillahhirohmaniirohim" bari nyarita "yeuh nyai, paragi meh heneuteun, aos bae 13 kali samemeh damel, 13 kali samemeh kulem". eta awewe atoheun di asongan eta kalimah. isukna manehna ngalakonan naon-naon anu di obrolkeun samemehna.

sababara poe tiharita, eta awewe datang deui ka mama amilin, manehna nyaritakeun deui pangalaman nu tiba ka manehna, yen cenah samulihna ti mama, manehna ngalakukeun nu diucapkeun ku mama, tapi bororaah haneuteun, malah mah taya nu ngalieuk-lieuk acan ka manehna, manehna sababara poe ieu jadi sering kapikiran, "naha bet kieu?","salah kitu nu dilakonan teh?", "Salah meureun", jeung loba-loba deui pikiran anu ahirna manehna tobat tina kalakuan nu teu saluyu jeung hukum. Mama ngan ukur gumujeung bari nyarios "Alhamdulillah, nyai, pitulung eta teh, bagja... barokahna bae".

Dina carita diluhur, ka petik ku simkuring yen mama teh "Politikus Ulung", teu make panyarek, teu nganggo sosorongot boh popolotot, tapi ngangge basa sareng budi pekerti nu luhur, saha bae tiasa kengeng hidayah ku kersana anu Kagungan arurang.


(indone-maneh)
ada sebuah cerita tentang Mama H. Amilin yang bergelar Abdul Jabbar, yang Saya dengar dan diriwayatkan oleh saudara sepupu*saya:

Begini ceritanya:
Suatu hari di sebuah tempat ada seorang perempuan yang kerjanya kurang baik, sebut saja pada jaman sekarang dengan sebutan PSK, ia sudah beberapa malam tidak dapat pelanggan, Dia mendapat informasi "Jika ingin Laku lagi mah datang saja ke mama Amilin", Ya, perempuan tersebut nurut saja pada ucapan itu, dia pergi ke rumah mama Amilin di daerah lengkong bandung, ketika bertemu dia bercerita apa yang ia alami, bahwa ia hampir beberapa malam "Dagang"nya gak laku. Mama hanya mendengarkan. Setelah perempuan itu selesai bercerita, mama menyerahkan tulisan kalimah "Bismillahhirohmaniirohim" sambil berkata "Nih Nyai, untuk supaya rame, baca saja 13 kali sebelum bekerja dan 13 kali sebelum tidur", perempuan tersebut gembira disodori kalimah tersebut. besoknya ia mulai melaksanakan apa-apa yang dibicarakan sebelumnya.

Beberapa hari setelah itu, perempuan tersebut datang lagi ke mama Amilin, ia menceritakan lagi pengalaman yang ia alami, bahwa sepulang dari mama, ia melakukan sesuai ucapan dari mama, tapi bukannya rame/laku, malahan tidak ada satupun yang mau menoleh kepadanya, beberapa hari itu selalu terpikir "Kenapa begini?", "Salahkan yang saya lakukan ini?", "kemungkinan Salah"
dan banyak lagi pikiran yang akhirnya ia bertobat dari kelakuan yang tidak sejalur dengan hukum. Mama Hanya tersenyum sambil berkata "Alhamdulillah, nyai, pertolongan itu teh, bahagia... barokahNya saja".

Dari cerita di atas, terpetik pelajaran oleh saya pribadi bahwa mama seorang "Politikus Ulung", tanpa Melarang, tanpa Memaksa dan marah, tetapi dengan bahasa dan budi pekerti yang Luhur, siapa saja bisa mendapat Hidayah oleh Kehendak Yang Maha Memiliki Kita semua.